TUlisan terbaru dari kami...

get this widget here

Antara Dakwah dan Siyasah


Ayyuhal ikhwah rahimakumullah…

Banyak di antara kita mungkin bertanya, kenapa kita harus bermusyarakah siyasiah. Bukankah kita lebih baik meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sarana liqoat tarbawiah saja tanpa harus ikut berpartisipasi dalam agenda-agenda pilkada dan sebagainya. Lalu cukup menunggu kemenangan dari Allah untuk dakwah ini tanpa ada kerja nyata.

Diantara tuntutan syumuliyyatud da’wah adalah keterlibatan dan kehadiran kita dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama memasuki kancah pengambilan keputusan. Karena dengan bermusyarakah siyasiah kita mampu menyuarakan dakwah di sana dengan menimalisir keputusan-keputusan yang bertentangan dengan syariat Islam dan memperbesar peluang di berlakukannya keputusan yang lebih memudahkan dakwah Islam untuk semakin kuat dan tersebar. Karena asas utama musarakah siyasiah adalah tahshilul mashalih dan taqlilul mafasid (meraih maslahat dan mengurangi mafsadat).

Kita tentunya menginginkan pemimpin negeri ini adalah orang-orang baik dan saleh.
Sebagaimana para pemimpin di masa khulafaur rasyidin maupun pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiah. Mereka tidak hanya pemimpin melainkan juga para ulama. Karena jika negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang memusuhi Islam maka tentunya akan banyak merugikan umat Islam. Maka sebab itu pasca runtuhnya rezim Mubarak di Mesir, pergerakan-pergerakan Islam langsung membentuk partai dan terjun ke dunia politik seperti Ikhwanul Muslimin yang mendirikan Hizbul Hurriyah wal Adalah tak ketinggalan “Dakwah Salafiah” yang mendirikan Hizbu An Nur dan juga Hizbul Al Fadhilah.

Ikhwah fillah…
Politik bagi kita bukanlah politik yang dimaksudkan sekedar memperoleh kekuasaan dan mempertahankan kekuasaanya. Akan tetapi kita berpolitik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran Ilahiah dan memperjuangkan kepentingan serta maslahat masyarakat. Berkuasa untuk berkhidmah kepada ummat dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Oleh karenanya seluruh aktivitas yang berkaitan dengan berpartai dan berpolitik, kita sebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al Banna perjuangan ini dikatergorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut Islahul Hukumah (Perbaikan Pemerintahan).

Namun perlu diingat bahwa pemerintahan, organisasi, dan jamaah yang selalu berusaha digapai oleh semua orang. Semua itu hanyalah sarana untuk mencapai sasaran. Bukan merupakan tujuan. Karena pemerintahan bagi seorang muslim tidak lebih dari salah satu sarana untuk merealisasikan makna ibadah yang sesungguhnya, menyebarkan dakwah dan menjaganya. Karena tujuan utama kita adalah terealisasikannya penghambaan kepada Allah serta mendapatkan ridho-Nya.

Adapun seruan dan anjuran kepada kader Partai Dakwah untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit. Dengan alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”. Dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidakjujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama para Da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah.

Lalu apakah ada pertentangan antara Dakwah dan Siyasah? Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan Jihad Siyasi.

Imam Hasan Al Banna mengatakan dalam Majmuatur Rasail-nya pada bab Risalatu Ta’lim tentang titik temunya antara amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada sama sekali pertentangan antara dunia dakwah dan dunia politik. Coba kita renungkan pernyataan beliau dalam risalatu ta’lim.

Islam adalah nidzam (aturan) komperensif yang memuat seluruh aspek kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah dan qonun atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan ibadah yang shohih.

Maka sebab itu dakwah bisa dilakukakan oleh kader dimanapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh, dan politikus. Jadi dakwah bukanlah satu yang antagonis dengan dunia politik. Akan tetapi dunia politik adalah salah satu lahan dakwah.

Karena risalah Islam ini sesungguhnya adalah “Risalah Nabawiah” yang terakhir yang sengaja diturunkan sebagai “way of life” (cara hidup) bagi seluruh manusia. Oleh karenanya ia berbicara tentang seluruh dimensi kehidupan manusia. Baik dimensi akidah, ibadah, dan maupun dimensi akhlak. Dan yang termasuk dalam tiga dimensi ini adalah masalah ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan. Di sini tidak boleh ada yang melakukan dikotomi dalam ajaran Islam sehingga tidak ada lagi yang mengatakan “Dakwah Yes, Politik No”.

Semoga dengan catatan singkat ini menambah semangat kita dalam menunaikan amal-amal dakwah. Sebab dakwah itu harus berorientasi kekuasaan, karena fungsi esensial negara dalam Islam adalah sebagai hirosatud din (menjaga Agama) dan siyasatud dunya (mengelola Bumi). Wallahu’lam bis shawab

Fawwaz Meshal
Akhri Rabbani
Admin @abangbuy

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger news