TUlisan terbaru dari kami...

get this widget here

Juni 2011

Mabrukkk


Diujung penantian yang menegangkan, hal yang ditunggu tunggu itu pun datang dengan linangan air mata kebahagiaan... Susah payah yang dirasakan seakan hilang tanpa sisa dengan berita kesuksesan ini... abang hanya dapat mengucapkan selamat pada segenap adek2ku tercinta moga segala impian dan harapan yang telah dirancangkan tercipta dengan indah dan memuaskan... keep fighting...
dan jangan lupa, kontribusimu tidak hanya diharapkan dari pendidikan formal itu, tapi juga dari sebuah tarbiah islamiah... ayo bersama kita kuatkan jalan dakwah ini... ada tidak adanya kita disana tidak akan berpengaruh pada dakwah itu, karna ia akan selalu digerakkan oleh orang orang kuat yang siap untuk itu... tapi aoakah janji Allah tidak menggiurkan bagi kita... ayoooooo... semoga kita bertemu kelak dalam keadaan yang membahagiakan... Amiiennnn

Ilmu

Sepanjang sejarah beberapa madrasah telah berperan besar dalam menyandang dan menyebarkan dakwah islam. Sebut saja Masjid Zaitunah di Tunisia, Madrasah Utsmaniyah di Tripoli, Masjid Qarawain di Fas (Maroko), Masjid Umawy di Damaskus, Masjid Al Fatih di Istanbul, Berbagai madrasah ilmiah di Hadramaut, Shan`a, India, Shinqit (Mauritania), dan berbagai madrasah yang tersebar di timur dan barat belahan bumi lainnya yang cendrung memiliki manhaj yang sama.



Sampai saat ini Al Azhar salah satu di antara sekian madrasah besar dunia dan masih eksis dengan manhajnya yang orisinil. Ketika diperhatikan lebih seksama, maka seorang Syaikh Usamah Al Sayyid Mahmud Al Azhari menemukan beberapa keistimewaan pembelajaran di Al Azhar, sebagai berikut;



1. Adanya ketersambungan sanad; perhatian terhadap riwayat, dirayat (penguasaan) dan tazkiyah (rekomendasi).

Diantara keistimewaan manhaj Al Azhar adalah ilmu dan wawasannya diwariskan secara naqal (transfer ilmu) yang bersambungan sanad. Setiap generasi mempelajari dari generasi sebelumnya dengan sanad yang bersambungan dan pemahaman yang berkesinambungan. Tidak ada seorangpun para penuntut ilmu di Al Azhar yang mengajar kecuali setelah melalui proses talaqqi (belajar langsung) dan suhbah (bergaul) dengan para ulama dalam rentang waktu yang lama, sampai mereka diberikan izin dan diberikan ijazah (legalitas) untuk meriwayatkan, mendidik, menulis dan mengajarkan ilmu.



Apabila Anda bertanya kepada salah seorang diantara mereka tentang para guru mereka, Ia akan menyebutkan beberapa orang diantara (guru-guru) mereka. Dan Apabila Anda bertanya; "berapa lama Anda bergaul dengan seorang guru Anda atau para guru Anda?" Ia akan menyebutkan kepada Anda bahwa Ia telah bergaul dengan guru mereka selama rentang waktu yang panjang, sehingga mereka memahami dan menguasai dengan baik dari mereka (para guru) manhaj (metodologi) pemahaman dan pengantar-pengantar keilmuan.



Beda halnya dengan manhaj-manhaj lainnya, akan didapati bahwa manhaj mereka terputus dan tidak berkesinambungan. Akan ditemukan bahwa diantara mereka sudah mulai mengajarkan ilmu tanpa bergaul bersama ulama. Apabila Anda tanya salah seorang diantara mereka; "berapa lama Anda bergaul dengan guru Anda?" Ia akan menyebutkan kepada Anda bahwa Ia telah bertemu dengan gurunya sekali atau bergaul dengannya beberapa jam saja. Bagaimana mungkin Ia akan memperoleh ilmu dan bagaimana mungkin bisa diyakini pemahamannya?!



2. Mementingkan penguasaan terhadap ilmu alat.

Manhaj ini merupakan manhaj yang sangat memperhatikan tarbiyah anak-anaknya dengan pendidikan yang komprehensif dan matang serta mendalami ilmu-ilmu alat, seperti: Nahwu, Sharf, Isytiqaq, Balaghah dengan segala cabangnya, Ushul Fiqh, Ilmu Hadits, dan ilmu-ilmu lain yang membantu seorang pelajar dan menopangnya untuk membangun keahlian yang mengantarkannya memiliki kapabalitas untuk menceburkan diri dalam pemahaman al Qur`an dan sunnah dengan dukungan ilmu pengetahuan, penguasaan ilmu yang baik, dan ketajamanan ilmu. Mereka mendalami semua ilmu tersebut dengan berpedoman kepada manhaj mu`tamad (metodologi yang bisa diyakini kebenarannya), yang mengantarkan seorang pelajar dari mukaddimat (permulaan ilmu) kepada pendalaman inti-inti ilmu.



Seolah-olah keistimewaan pertama yaitu menyertai ulama dalam waktu yang panjang melahirkan keistimewaan kedua. Dari pergaulan yang lama dengan para ulama membuahkan talaqqi berbagai ilmu dan transfer pemahaman.



3. Penguasaan yang matang terhadap maqashid syariah.

Dari pergaulan panjang bersama para ulama dan penguasaan ilmu alat, menyebabkan terbukanya pemahaman yang komprehensif terhadap maqashid syariah (tujuan disyariatkannya suatu syariat). Dan memunculkan pemahaman bahwa agama Allah datang bertujuan untuk; mewujudkan fungsi beribadah kepada Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa, membangun jagad raya, menyampaikan hidayah kepada seluruh umat, menjadi pewaris para Nabi, membangun karakter manusia yang rabbani dan memiliki keshalihan pribadi, memprioritaskan pencapaian kehidupan akhirat, meraih akhlaq yang mulia, membangun peradaban, dan melakonkan kebangkitan. Sehingga umat Nabi Muhammad Saw. menjadi rahmat bagi sekalian alam, sebagaimana Rasul Saw., menjadi rahmat bagi sekalian alam.



Ketika seorang penuntut ilmu meraih ilmu maqashid, maka pemahamannya terhadap agama Allah akan menjadi luas dan pengkajiannya terhadap pemahaman furu` (cabang-cabang) fiqh dan berbagai masalah-masalah parsial akan semakin cemerlang. Pemahaman ini juga akan mengeluarkan pelajar dari karakter yang kaku dan bengis. Mereka akan mengajarkan orang-orang bodoh dan orang-orang yang memiliki pemahaman berseberangan dengan cara yang lemah lembut serta berakhlaq dengan akhlaq Nabi Saw., yang agung.



Sedangkan manhaj-manhaj lainnya, mereka tidak mengetahui maqashid syariah, tidak menguasainya, tidak didapati di dalam pembicaraan mereka adanya maqashid syariah, tidak ditemukan di dalam pemahaman dan tidak didapati prakteknya di dalam manhaj mereka.



4. Memposisikan Al Qur`an secara proporsional.

Sebagai buah dari kebersamaan dengan para ulama dalam waktu yang panjang, penguasaan ilmu alat, dan pemahaman yang komprehensif terhadap maqashid syariah berdampak yang sangat luar biasa, yaitu kapabalitas pemilik manhaj tersebut dalam `membaca` Al Qur`an. Ia mampu memposisikan ayat-ayatnya yang mulia sesuai dengan porsinya. Ia tidak menempatkan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan orang kafir terhadap orang-orang mukmin dan tidak menempatkan ayat-ayat yang turun berkenaan dengan orang mukmin terhadap orang-orang kafir. Ia tidak mengfungsikan ayat-ayat yang turun bersifat umum terhadap perkara khusus. Atau sebaliknya, Ia tidak mengfungsikan ayat yang bersifat khusus terhadap perkara yang bersifat umum, dst.. Sungguh Ia memilki pemahaman yang baik terhadap Al Qur`an dan tepat dalam penempatan ayat-ayat Al Qur`an sesuai dengan realita tanpa kerancuan dan syubhat.



Beda halnya dengan beberapa manhaj lainnya, mereka sangat berani menceburkan diri dalam pemahaman Al Qur`an tanpa dibekali oleh sedikitpun ketajaman ilmu, yang berdampak terhadap pemahaman yang penuh dengan cacat.



5. Sangat memuliakan kedudukan umat Nabi Muhammad Saw..

Dari semua keistimewaan yang telah disebutkan sebelumnya, muncul pemahaman yang matang dari seorang penuntut ilmu terhadap keagungan umat Nabi Muhammad Saw., yang merupakan wadah islam. Ia memahami umat Nabi Muhammad Saw. adalah umat yang berilmu, memiliki hidayah, umat yang dirahmati, umat pewaris para Nabi, umat penyampai dakwah dari Allah, dan umat yang diberikan amanat dengan syariat yang mulia, umat yang berfungsi diantara sekalian umat untuk membawa hidayah dan menyampaikan syariat kepada seluruh umat. Dipahami juga bahwa umat Nabi Muhammad semestinya berperan dalam membangun peradaban dunia dengan peran yang signifikan, berpandangan progresif, yang berfungsi menunjuki seluruh umat menuju Allah dengan ilmu, seni, adab, etika, dan wawasannya di dalam seluruh medan ilmu yang sangat variatif; humaniora, empiris, logika dan ilmu-ilmu lainnya.



Ketika seseorang memahami dengan seksama hal-hal tersebut di atas, Ia akan mengagungkan umat Nabi Muhammad Saw.. Maka ia tidak akan pernah berlaku sembrono kepada mereka, dengan menuduh fasiq, syirik, bid`ah, dan tidak akan menebar kebencian serta tidak pula menebar kedengkian terhadap umat islam.



Beghitulah manhaj Al Azhar sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat luas dan dipahami dengan baik oleh para pelajar asing dari berbagai penjuru dan pelosok negeri. Tidak ditemukan dari mereka dakwah yang imitasi atau klaim fasiq, akan tetapi mereka justru menebar ilmu dan hidayah.



6. Menyandang tanggungjawab hidayah secara umum (umat secara keseluruhan).

Apabila seorang pelajar sudah menguasai keistimewaan-keistimewaan sebelumnya dengan matang, maka mereka akan mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan tampilan terbaik dalam pandangan syariat dan mempraktekkan yang paling paripurna diantara kewajiban-kewajiban yang ada. Adalah manhaj Nabi Saw. yang mulia dipenuhi oleh sikap proaktif untuk membawa seluruh makhluk menuju hidayah dan menyampaikan hidayah kepada seluruh manusia dengan perjuangan maksimal, yang dibarengi rasa kasih dan sayang kepada makhluk. Diantara ciri-ciri manhaj Al Azhar yang paling nampak menonjol adalah penanaman di dalam jiwa para peserta didiknya terhadap makna-makna agung seperti disebutkan.



Beda halnya dengan manhaj-manhaj lainnya, yang dalam komunikasi mereka tidak memperhatikan sedikitpun hak-hak umat yang mesti kita tunaikan.



7. Memadukan pilar-pilar yang sempurna dalam penguasaan ilmu.

Manhaj Al Azhar sejak dulu kala telah eksis sepanjang masa dalam membina anak-anaknya untuk memahami bahwa ilmu itu terdiri dari tiga komponen utama: pertama, sumber dan dalil-dalil yang terdiri dari Al Qur`an, sunnah, ijma` dan qiyas. Kedua, manhaj yang terpercaya dan tertata dengan sistematis dalam pemahaman tekstual syariat dan cara menganalisa serta metode menelurkan makna-maknanya. Ketiga, karakteristik, kemampuan, dan kepakaran yang dimiliki oleh seseorang yang menekuni ilmu, mendalaminya dan menjadi pakar spesialisasi di dalam ilmu-ilmu syariat. Karena masdar saja tidak akan menghasilkan ilmu dan mendatangkan hidayah, sehingga didukung oleh metodologi yang matang dan terpercaya dalam pemahaman seorang yang memiliki keahlian, ketika Ia menekuni sebuah ilmu.



Sedangkan manhaj lainnya, telah mencabik-cabik ilmu dan menjadikannya lumpuh. Sehingganya seseorang tidak akan mengenali ilmu kecuali mengetahui dalil tanpa memahami korelasi yang ditunjukkan oleh dalil! Manhaj itu juga tidak memahami metode mengumpulkan berbagai dalil yang ada di dalam satu masalah tertentu, kemudian metode menyelaraskan, menyusun, memahami, menganalisa dengan memperhatikan keadaan orang yang memahaminya, dan memastikan bahwa kemampuan, bakat dan kapabalitasnya buntu terhadap semua itu.



Idealnya, pilar-pilar ilmu yang paripurna adalah ketika seseorang mampu menggabungkan antara ilmu–ilmu tekstual syariat (naqal) dengan ilmu-ilmu logika (aqal), sehingga Ia mampu melihat segala sesuatu dengan kedua mata kepalanya sendiri. Dan Ia mampu untuk mengkompromikan dan memahami dengan komprehensif serta mendalami corak keilmuan yang membentuk paradigma dunia, sehingganya Ia bisa untuk menyampaikan rambu-rambu agama ini kepada seluruh dunia.



8. Berpegang teguh dan memberdayakan turats (warisan) umat, merintis jalan bersamanya, kontiniutas berjalan dengannya dan membangun pemahaman di atas pemahamannya.

Diantara keistimewaan yang paling menonjol dari manhaj Al Azhar adalah bahwa manhaj Al Azhar sangat memprioritaskan terhadap penguasaan turats (warisan) umat dalam berbagai ilmu yang variatif dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan turats tersebut. Melalui turats, manhaj Al Azhar dikenal keorisinilan dan nilainya yang beghitu mahal. Dengan turats, mereka mengetahui cara menfilter semua yang bermanfaat dan bernilai agung, mengetahui bagaimana cara membangun keilmuan di atasnya, dan bagaimana cara menyandarkan kepadanya.



Sangat beda halnya dengan berbagai manhaj lainnya yang membuat jurang dan jarak bahkan berani menyesatkan turats umat islam.





Disadur dan diterjemahkan oleh Alnofiandri Dinar dari risalah "Al Ihya`ul Kabir Li Ma`alimil Manhajil Azharil Munir", yang ditulis oleh Syaikh Usamah Al Sayyid Mahmud Al Azhary, Pengajar hadits dan ilmu-ilmunya di Masjid Al Azhar Kairo Mesir.


Pesan untuk kita

Cahaya Di Wajah Ummat
Kamis, 07 Juli 05 - by : ghodiy

Oleh : Ust. Rahmat Abdullah

[ usahamulia.net ] Dalam satu kesatuan amal jama’i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama’i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara sendiri-sendiri.

Karenanya jangan ada kader yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar tanpa beru-saha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya ).

Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya, bukan terus-menerus menempel dan tergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau mau, para sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu mil dari negeri mereka.

Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi (Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk ummat manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.

Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempenga-ruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawas-an ilmu, kawasan akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman, kebodohan dan hawa nafsu. Demikianlah ciri kader PK, dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau berjuta-juta orang.

Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, "Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah". Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.

Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya mengandalkan kerumunan besar untuk mera-sakan eksistensi dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan terlihat orang. Kemana-pun pergi, ia tak merasa kesunyian, tersudut atau terasing, karena Allah senantiasa ber-samanya. Bahkan ia dapatkan kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta senanti-asa.

Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah sendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinya-lakan Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata satu korps dengannya dalam menu-naikan tugas pengabdian kepada ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru ma-lah menjadi "bardan wa salaman" (penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu)

Semoga para kader senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan.

Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger news